PDM Kabupaten Banyumas - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Banyumas
.: Home > Artikel

Homepage

Muhammadiyah dan Masa Depan Bangsa

.: Home > Artikel > PDM
04 Desember 2018 05:13 WIB
Dibaca: 1594
Penulis : Muhammad Izzul Muslimin

Image result for milad muhammadiyah 2018

 

 

Catatan Kecil Milad Muhammdiyah ke 106

 

 

Muhammadiyah lahir sebelum Indonesia ada. Bahkan, gagasan Indonesia secara politik baru diwacanakan para pemuda lewat Sumpah Pemuda pada tahun 1928, selisih 16 tahun setelah Muhammadiyah berkembang hampir di seluruh wilayah Hindia Belanda. Mau tidak mau Muhammadiyah turut berperan menjadi perekat semangat ke-Indonesiaan. Banyak tokoh yang menjadi perintis dan bidan bagi lahirnya ‘jabang bayi’ Negara Indonesia pernah dididik dan dibina Muhammadiyah. Nama seperti Soekarno, Soedirman, Djuanda, Ki Bagus Hadikusuma, dan Kasman Singadimedja adalah beberapa nama kader Muhammadiyah yang punya peran besar bagi sejarah Republik Indonesia.

 

Muhammadiyah pun banyak memberi kontribusi ketika Republik Indonesia tumbuh berkembang menjadi negara baru. Melalui gerakan pendidikan, sosial, dan keagamaan Muhammadiyah banyak membantu republik menyiapkan sumber daya manusia. Kebutuhan tenaga administratur dan birokrasi banyak diisi oleh anak didik Muhammadiyah. Bisa dibayangkan jika saat itu tidak ada sekolah-sekolah semacam yang didirikan Muhammadiyah sebelum kemerdekaan, tentu tidak cukup hanya mengharapkan tenaga terdidik dari sekolah yang diusahakan Pemerintah Hindia Belanda yang jumlahnya masih sangat terbatas.

 

Setelah Republik Indonesia tumbuh berkembang dan semakin meningkat pembangunannya, Muhammadiyah juga tidak berhenti berbuat dan berpartisipasi aktif dalam berkontribusi untuk Indonesia. Peran konkrit Muhammadiyah diwujudkan dalam sejumlah amal usaha di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan kesukarelawanan.

 

Muhammadiyah mungkin bukan organisasi yang terlalu hebat dalam manuver-manuver pencitraan sehingga seringkali peran-peran besar Muhammadiyah tidak terlalu banyak diekspose. Hal ini mungkin terkait dengan doktrin Muhammadiyah yang tidak suka atau bahkan agak melarang sikap riya’ (memamerkan diri). Muhammadiyah juga mengembangkan doktrin sedikit bicara banyak bekerja. Keadaan ini mungkin dalam beberapa hal agak merugikan Muhammadiyah karena kemudian seringkali Muhammadiyah tidak diperhatikan bahkan kurang diapresiasi. 

 

Peran Muhammadiyah sering tenggelam dan terpinggirkan oleh lembaga-lembaga baru yang pandai mengemas dan mempublikasikan diri dengan berbagai kegiatannya meskipun dari segi kuantitas dan kualitas mungkin masih kalah jauh dengan apa yang sudah dikerjakan oleh Muhammadiyah.

Semangat ke Indonesiaan Muhammadiyah juga seakan tertutup oleh hiruk pikuk perang opini tentang peran serta tindak patriotisme dan nasionalisme berbagai kelompok sosial dan politik yang seakan-akan menjadi pahlawan dan patriot paling terdepan bagi Indonesia. Bahkan yang lebih parah lagi, ada pihak-pihak yang justru mempertanyakan nasionalisme dan patriotisme Muhammadiyah. Mungkin ini akibat dari sikap Muhammadiyah yang dianggap tidak menunjukkan semangat nasionalismenya secara verbal.

 

Muhammadiyah juga seringkali tidak pernah masuk dalam perebutan peran-peran strategis kebangsaan sehingga seolah Muhammadiyah dianggap tidak punya daya tawar dalam kontestasi kebangsaan. Kalaupun ada beberapa nama yang dianggap merepresentasikan Muhammadiyah, biasanya justru diperoleh tidak dalam posisi pertarungan politik yang keras, tetapi lebih karena sebagai bentuk akomodasi keseimbangan politik. Akibatnya, peran-peran yang diberikan pun terkesan minimalis dan sekedar kepantasan. Mungkin ini tidak lepas dari sikap Muhammadiyah yang cenderung menjunjung tinggi sifat bekerja ikhlas atau tanpa pamrih. Muhammadiyah bahkan kadang menjauhi mereka yang dianggap ambisius dan tendensius dalam berbuat.

 

Tiga sikap Muhammadiyah tersebut di atas jika dilihat secara internal sebenarnya merugikan Muhammadiyah sendiri. Tetapi jika kita lihat dalam konteks yang lebih luas, sikap Muhammadiyah yang tidak suka riya’, kurang heroik, dan kurang ambisius justru sangat dibutuhkan bagi Indonesia. Terutama di saat Bangsa Indonesia membutuhkan karya nyata, bukan sekedar kata-kata tanpa bukti nyata. Indonesia juga membutuhkan sikap ketulusan, tidak basa-basi, apalagi tidak samanya antara kata dan perbuatan.

 

Saat ini Indonesia membutuhkan anak-anak bangsa yang tidak sekedar menuntut hak, tetapi justru yang lebih banyak memberi. Muhammadiyah telah membuktikan itu. Muhammadiyah tidak pernah lelah merintis, melahirkan, merawat dan membesarkan Indonesia. Masa depan Indonesia justru akan diselamatkan oleh jiwa-jiwa berkurban seperti yang dicontohkan Muhammadiyah. Meskipun kita juga menyadari, tidak semua siap dan bersedia menjadi seperti Muhammadiyah.

 

Selamat Milad ke 106 untuk Muhammadiyah.

 

 

Oleh Muhammad Izzul Muslimin 

Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah dan Ketua Umum PP IPM

 

 

Sumber: www.kanigoro.com

 

 


Tags: MuhammadiyahdanMasaDepanBangsa , MuhammadIzzulMuslimin

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website